Gejolak Sikap Otak
Oleh : Iip Saripudin
Ketika titik jenuh mulai menghampiri, perlahan aktifitas tersendat. Pikiran melayang tak tentu arah, menerawang ke berbagai arah, melintasi ruang dan waktu, berfantasi sekehendak diri hingga resah menghampiri dan gelisah senantiasa mengiringi setiap detak nadi.Adalah keterbatasan menjadi kewajaran yang manusiawi, karena kesempurnaan yang hakiki hanya milik Ilahi.
Setiap keinginan berharap dapat terwujudkan dengan akhir kebahagiaan. Namun persoalannya tak sesederhana itu, karena proses harus dilewati, dan beragam rintangan haruslah ditaklukkan terlebih dahulu dengan semangat serta kesabaran yang disertai kesadaran dalam menerima apapun yang akan terjadi nanti. Tetapi hasrat yang tersimpan tak harus di biarkan, sehingga menggumpal dalam otak dan menimbulkan reaksi tak berkesudahan sebagai respon yang tertunda.
Perlu akal sehat untuk berbicara menyampaikan, dan di butuhkan pemikiran yang matang sebagai langkah bijak guna menyikapi berbagai keinginan, sehingga semua ini bukanlah hal prematur yang kemudian hari menjadi perdebatan panjang dengan berbagai resiko yang tak pernah di perkirakan sebelumnya.
Ada ongkos yang harus di bayar, tak hanya dengan cucuran keringat dan tetes air mata, tapi lebih mengerikan jika harus membayar keinginan dengan tumpahan darah manusia tak berdosa, meski dalam perjuangan akan ada yang dikorbankan.
Dan pernyataan sikap bukanlah sesuatu yang sakral untuk tergesa-gesa disikapi tanpa mempertimbangkan berbagai hal kemungkinan yang akan terjadi di kemudian hari. Kematangan berpikir dalam proses pengambilan keputusan merupakan langkah bijak yang semestinya di toleransi serta difahami dengan bijaksana, sehingga kata akhir yang di hasilkan dapat memenuhi keinginan tanpa menimbulkan pergolakan.
Sepakat untuk bersepakat, atau sepakat untuk tidak bersepakat hanyalah fenomena yang seharusnya menyadarkan semua pihak bahwa dalam perjalanan kehidupan akan selalu ada perbedaan, sehingga tak layak untuk saling memaksakan kehendak.
Kebebasan bukanlah berarti alasan untuk melakukan sesuatu yang hanya sesuai menurut dirinya sendiri atau hanya menurut kelompok dan golongannya saja, karena kebebasan yang lainnya pun haruslah tetap dihargai.
Diantara generasi bangsa yang tumbuh hari ini, akan menjadi pemimpin di kemudian hari. Tak berharap generasi bangsa dan negara ini hancur, luluh lantak karena generasinya tak cerdik, terkontaminasi moralnya dengan berbagai hal yang menyesatkan keyakinannya dan menyengsarakan kehidupannya.
Dan tak pernah terpikir olehku, jika suatu hari nanti aku akan bercerita pada anak,cucuku bahwa disini pernah berdiri sebuah negara yang bernama Indonesia.
Palabuhanratu, Januari 2006
(Di perbaharui pada, Januari 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar