SELAMAT DATANG DI IPANG'S BLOG

SEMOGA MENEMUKAN YANG ANDA BUTUHKAN
TERIMA KASIH TELAH BERKENAN MENGUNJUNGI BLOG INI

Sabtu, 10 September 2011

Fatwa Kerlip Bintang Angkasa



 Fatwa Kerlip Bintang Angkasa

Oleh : Iip Saripudin,SE

Gelegar cemeti bertubi-tubi menempa relung jiwa,
menghantam sisi ruang hati,
mengoyak keheningan dikegelapan malam
saat rembulan tertutup awan hitam.
Dan ketika butir-butir lembut menyapa kesendirian di hening malam,
nyanyian malampun terhenti sejenak
diterpa angin yang berhembus kencang
bersama derasnya titik-titik air yang menghujam penghuni bumi.
Manusia pagi berbondong tradisi,
memikul beban hidup dan kesenangan diri,
mengayunkan langkah-langkah menelusuri jalan setapak,
mencari makna kesejatian demi memperjuangkan keinginan.
Setumpuk asa pun senantiasa menggelayut dipelupuk mata,
dan bersarang didalam kalbu,
meskipun badai kehidupan tiada henti menggoda sisi ruang batin
yang setiap saat menghantam ketegarannya.
Burung-burung kini bernyanyi resah dalam kegundahannya
Sementara jerit kesakitan masih terus membahana,
mencabik-cabik ketidakadilan yang tampak
hingga menembus relung-relung jiwa,
mengusik kedamaian dimanapun ia berada.

Jika saja tak cukup pintar merangkul dayung, maka kapal-kapal yang di kehendaki tak kan melaju sesuai hasrat yang dimiliki. Kecuali selalu menambatkan harapan terhadap kerelaan sang angin untuk meniup layar yang baru saja di rajut, sedangkan tali yang sesungguhnya di butuhkan kini tengah menunggu tegur sapa serta sikap bijak dari siapapun yang mengerti keadaan.     
Kondisi apapun yang terjadi kini, semoga tak akan menyurutkan semangat perjuangan demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Menyibak tabir perjalanan secara beriringan akan lebih terasa indah, karena tujuan yang sesungguhnya adalah hidup berdampingan saling mengisi ketidakberadaan diantara kita.
Alampun kini berbahasa. Lebih tegas menyikapi tingkah laku manusia dengan berbagai reaksinya. Karena sepertinya ia tak ingin hanya berdiam diri menerima perlakuan yang tidak sepadan dengan apa yang telah manusia dapatkan. Ia pun bertutur kata setelah menyaksikan keanekaragaman bentuk ketidakpedulian serta  keserakahan yang bertebaran, mengakar hingga kepenjuru
desa, karena mungkin Tuhan tak diutamakan lagi dalam kehidupan.
Simbol-simbol perdamaian, kebersamaan serta keadilanpun hanya menyisakan kerapuhan, hingga akhirnya menjadi bahan lelucon yang tak cerdik.
Bangkit dari keterpurukan yang di suarakan menjadi bahan guyonan, karena kelengahan menyikapi persoalan kehidupan yang bergulir disekitarnya.
Rasa lapar serta dahaga senantiasa berhimpitan dengan kondisi ketidakberdayaan menyikapi kompetisi dalam kehidupan, sehingga otak terpengaruh melakukan berbagai tindakan emosional, serta mendorong sikap anarkis dengan alasan klasik demi mempertahankan hidup, karena tak berharap selamanya harus terhempas, tersisihkan serta terbuang dari lingkaran kehidupan.
Berusaha memahami arti keadilan lebih rumit daripada  menyikapi hasil tolak ukur kelayakan menikmati kehidupan yang sepantasnya didapatkan, dan kelayakan hidup pun akhirnya menjadi pertanyaan besar, karena pikiran selalu dibayangi rasa ketidakadilan. Kontribusi yang signifikan terhadap kemiskinan agar kecerdasan bangsa meningkat seiring perkembangan jaman hingga kini masih menjadi impian. Entah kapan terwujud nyata dalam kehidupan. Rasa kekhawatiran yang berlebihan menjadi pengasah pedang, sehingga benih permusuhan dan kecurigaan terhadap sesame semakin tumbuh dan berkembang. Akal sehat terkesampingkan, sementara ketidakpredulian semakin marak dikehidupan, mendorong manusia bersikap individualis.

Dawai-dawai gitar memercikkan kegalauan yang amat dalam,
kegalauan merindukan kedamaian,
yang telah terenggut kembali oleh keangkuhan hidup
dan hampir terkulai dengan mulut menganga.
Mata meredup dengan tatapan hampa menerawang jauh kesana,
menembus batas ruang dan waktu,
mencari-cari makna pertikaian anak manusia
dengan berbagai keyakinan sebagai bahan perrtimbangannya.

Menggeliat anak cucu pertiwi disertai isak tangis, bahkan juga tepuk tangan dengan karangan bunga mengitari pelataran altar yang digunakan sebagai tempat ritual. Entah untuk apa ritual itu dilakukan. Apakah seremonial menyambut lahirnya sosok baru, ataukah ritual pemakaman.
Untuk sejenak bintang - bintang angkasapun tertegun, dan kerlipnya yang bersahaja senantiasa menyapa, seakan ia berfatwa :
Janganlah berberat hati merelakan keinginannya memberikanmu peluang kehidupan, untuk dapat berdiri sendiri serta mandiri menentukan sikapmu yang bergelora. Sementara kalian belum juga mengerti keyakinan atas apa yang dilakukannya    terhadap   kalian.  Dan  percayalah,   bahwasanya sinar terang akan terus mengiringi serta membimbingmu menuju titik harapan yang kalian inginkan.
Cinta tak selamanya mengharuskan dua insan atau pandangan yang berbeda untuk dipersatukan. Karena kasih sayang dan kesungguhan mewujudkan impian bersama dapat tetap diperjuangkan meski dalam bentuk  yang berbeda. 
Prinsip perjuangan telah diteriakkan, ikatan emosional takkan terpisahkan karena keikhlasan telah bersemayam sekian lama dalam nurani untuk saling memberi. Dan martabat bangsa ini menjadi pertaruhan langkah-langkah yang kita pijakkan.
Bangsa yang besar akan terjaga kebesarannya dengan tindakan nyata,  bukan hanya dengan bicara, meski manusia hanya dapat berencana, karena pada hakekatnya Tuhanlah yang menentukan mana yang baik dan mana yang lebih baik melalui tangan-tangan bijaksana.
Kekisruhan yang menyelinap diantara keharmonisan adalah irama yang harus difahami serta disikapi dengan keluwesan berpikir dalam menentukan sikap,  sehingga kerukunan dapat tetap terjalin, mengikat tali persaudaraan antara sesame manusia di belantara dunia.
Kami rindu alunan nada yang memberikan motivasi bagi kemajuan pola pikir meski harus berimprovisasi, namun harmonisasi harus tetap dijaga demi mempertahankan keindahannya, hingga tak terkesan kaku dan monoton. Selama tak menyimpang dari tujuan semula, tak ada salahnya untuk  mencoba jalani dengan segala konsekwensi atas berbagai kemungkinan yang akan terjadi nanti.


Berharap nurani tak terhinggapi kesombongan hidup,
serta kebulatan tekad senantiasa menghiasi relung-relung kalbu para bijaksana, agar apa yang telah  didapatkan selama ini
memberikan arti bagi keberlangsungan hidup untuk melanjutkan perjalanan.

Biarkan burung – burung camar berceloteh tentang kemunafikan,
sementara kenaifan mereka sembunyikan dibalik wajah-wajah yang menyeringai, padahal keyakinannya tengah dilanda keresahan,
berbalut ketidakpastian.

Tatkala Sederet generasi bangsa menyulut kehangatan, laju roda terhambat keragu-raguan berbalut ketidakpercayaan. Namun janganlah di hiraukan karena tekad yang tertanam dalam keyakinan menjadi bekal perjalanan dengan mempertimbangkan etika dalam pencarian kesejatian.  Pengalaman hidup adalah pengetahuan yang dimiliki untuk meluluhkan kerasnya kehidupan.
Jangan biarkan kegelisahan terus bersarang dalam benak hingga menggeser keyakinan. Karena langkah yang terpijakkan kemudian akan terayun ragu. Dan itu tak berharap terus menghantui setiap langkah diri, hingga menghambat lahirnya sosok baru dalam kehidupan yang akan memberikan pencerahan, demi terwujudnya kedamaian dan kesejahteraan yang hakiki.   

Sukabumi, April 2008 
*Di perbaharui pada 10 September 2011*



Tidak ada komentar:

Posting Komentar